Kembangkan Wawasan Akademik, Mahasiswa S-2 Pendidikan Seni selenggarakan Studi Banding ke UiTM-Malaysia

Dalam rangka mengembangkan wawasan akademik mahasiswanya, Program Studi S-2 Pendidikan Seni (PSN)  Program Pascasarjana UNY kembali mengadakan kegiatan studi banding. Pada kesempatan kali ini, Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia menjadi tujuan utama studi banding tersebut.  

Kegiatan studi banding mahasiswa Prodi S-2 PSN dilaksanakan pada Rabu 6 September 2017 dan diikuti oleh mahasiswa Prodi S-2 Pendidikan Seni Angkatan Tahun 2016.  Trie Hartiti Retnowati selaku kepala prodi sekaligus dosen pendamping beserta tim diterima dengan baik oleh Amer Shakir Bin Zainol selaku Pengarah Institut Pemikiran dan Kepemimpinan (IMPAK)- UiTM setiba di Malaysia. Agenda dibuka dengan sambutan oleh masing-masing perwakilan program studi dan dilanjutkan dengan dengan mengenalkan profil dari kedua institusi.

Pada agenda selanjutnya, rombongan bersama-sama diajak melihat fasilitas dan galeri seni yang ada di UiTM. Untuk melengkapi rangkaian agenda tersebut rombongan diberi kesempatan mengunjugi Sekolah Menengah Kebangsaan Seksyen Shah Alam (lab.school  UiTM) untuk mengetahui penerapan pendidikan seni di Malaysia. Selain menggali mengenai wawasan akademik, kunjungan pada kesempatan kali ini dimanfaatkan untuk membangun kerjasama antar kedua belah pihak. Banyak yang berkesan pada kegiatan selama UiTM. Salah satu yang menarik ialah siswa siswi dr SMK Seksyen Shah Alam melukis pada dinding sekolah mereka logo bendera indonesia dan malaysia serta logo UNY dan SMK Seksyen. Lukisan tersebut dibuat untuk melambangkan hubungan erat antara Indonesia dan Malaysia yang diinterpretasikan melalui pendidikan.

Studi banding banyak memberi masukan positif bagi mahasiswa. Menurut Tara salah satu mahasiswa S-2 PSN, studi banding di Malaysia menambah pengetahuannya terutama mengenai perbedaan karakteristik pendidikan antara Malaysia dan Indonesia. “Selama studi banding kami dapat membandingkan situasi pendidikan di Indonesia dan Malaysia dilihat dari fasilitas pendidikan, sarana/prasarana, karya-karya siswa, hingga guru-guru yang mengajar. Perbedaan yang muncul di lapangan dapat menjadi pembelajaran bagi kami. Sehingga kelebihan yang kami dapat dari Malaysia bisa diambil untuk dijadikan gambaran dalam memajukan pendidikan di Indonesia”, jelas Tara. (Andrilia)